Kamis, 01 Oktober 2015

KONSEP ISLAM DALAM FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI ISLAMI

KONSEP ISLAM DALAM FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI ISLAMI
 
KONSEP ISLAM DALAM FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI ISLAMI

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Fiqh Iqtishadi
Semester 4
Dosen pengampu:
ZAHROTUN NAFISAH, LC, M.H.I



Disusun Oleh:

1.Achmad Miftahul Alim (1213001)


Prodi Al-Ahwal Al-Syakhsiyyah
Fakultas Syariah dan Hukum
Universitas Islam Nahdhatul Ulama’ (UNISNU)
2015

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat, taufik serta hidayah-Nya sehingga tugas kolektif yang berbentuk makalah dengan tema ”Tafsir Ayat Tentang Larangan Shalat Bagi Orang Yang Mabuk dan Junub” dapat terselesaikan tepat waktu, meskipun dengan berbagai macam halangan. Dan tak lupa Sholawat serta salam semoga selalu tercurah kepada baginda nabi agung Muhammad SAW yang kita nanti-nantikan syafa’atnya di yaumul qiyamah nanti, Amin.
Makalah ini disusun sebagai tugas dan merupakan implementasi dari program belajar aktif oleh Dosen pengajar mata kuliah Tafsir Ahkam.
Semoga dengan tersusunnya makalah ini dapat menambah khazanah keilmuandan memberikan manfaat bagi pembacanya. Dalam penyusunan makalah ini, penyusun menyadari masih banyak kesalahan dan kekhilafan di dalamnya. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun senantiasa kami harapkan demi penyempurnaan makalah berikutnya.
Jepara, 24 Maret 2015

Kelompok 04


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR    i
DAFTAR ISI    ii
BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar belakang    1
B.    Rumusan masalah    2
C.    Tujuan penulisan makalah    2
BAB II
PEMBAHASAN
A.    Prinsip-prinsip produksi    3
B.    Faktor produksi     4
C.    Biaya Produksi    6
D.    Pemaksimuman keuntungan    7
E.    Modal organisasi    8
BAB III
PENUTUP    10
KESIMPULAN    10
DAFTAR PUSTAKA    11




BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut teori produksi konvensional, Produksi pada dasarnya yaitu kegiatan yang menghasilkan barang dan jasa yang kemudian dimanfaatkan oleh konsumen

Dalam perspektif Islam, produksi yaitu suatu usaha untuk menghasilkan dan menambah nilai guna dari suatu barang baik dari sisi fisik materialnya maupun dari sisi moralitasnya, sebagai sarana untuk mencapai tujuan hidup manusia sebagaimana digariskan dalam agama Islam, yaitu mencapai kesejahteraan dunia dan akhirat. Pemahaman lebih lanjut produksi dalam Islam memiliki arti sebagai bentuk usaha keras dalam pengembangan faktor-faktor sumber produksi yang diperbolehkan. Hal ini sesuai dengan firman Allah Swt dalam surat Al-Maidah ayat 87 yang artinya:

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu haramkan apa-apa yang baik yang telah Allah halalkan bagi kamu, dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.”

Al-Ghazali salah satu ekonom Islam yang sangat concern terhadap teori produksi dalam kehidupan masyarakat. Beliau sering menggunakan kata kasab dan islah yang berarti usaha fisik yang dikerahkan manusia dan yang kedua dalam upaya manusia untuk mengelola dan mengubah sumber-sumber daya yang tersedia agar mempunyai manfaat yang lebih tinggi.[1]

Jadi dapat ditarik kesimpulan dari beberapa definisi produksi dalam Islam diatas, yaitu suatu kegiatan yang menghasilkan barang dan jasa dengan mengubah faktor-faktor sumber produksi yang dihalalkan dalam Islam untuk memenuhi kebutuhan manusia baik jasmani maupun rohani untuk mencapai falah.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis perlu merumuskan masalah-masalah yang akan dibahas dalam makalah ini, diantaranya:

1. Apa saja prinsip produksi ?

2. Apa faktor-faktor produksi?

3. Apa yang dimaksud dengan biaya produksi?

4. Bagaimana cara memaksimumkan keuntungan?

5. Apa yang dimaksud dengan modal organisasi?



C. Tujuan Penulisan Makalah

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui Prinsip Produksi.

2. Untuk mengetahui Faktor-Faktor Produksi.

3. Untuk mengetahui Biaya Produksi.

4. Untuk mengetahui cara mamaksimumkan keuntungan.

5. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Modal Organisasi.




BAB II

PEMBAHASAN

A. Prinsip-Prinsip Produksi


Produksi adalah kegiatan manusia untuk menghasilkan barang dan jasa yang kemudian dimanfaatkan oleh konsumen. Secara teknis, produksi adalah proses mentransformasikan input menjadi output. M.N siddiqi berpendapat, bahwa produksi merupakan penyediaan barang dan jasa dengan memperhatikan nilai keadilan dan kemaslahatan bagi masyarakat.[2]

Muhammad Abdul Mannan mengemukakan, prinsip fundamental yang harus selalu diperhatikan dalam proses produksi adalah prinsip kesejahteraan ekonomi. Keunikan konsep Islam mengenai kesejahteraan ekonomi terletak pada pertimbangan kesejahteraan umum yang lebih luas yang menekankan persoalan moral, pendidikan, agama, dan persoalan lainnya. Kesejahteraan yang dimaksudkan Muhammad Abdul Mannan adalah bertambahnya pendapatan yang diakibatkan oleh peningkatan produksi dari pemanfaatan sumber daya secara maksimal, baik sumber daya manusia maupun sumber daya alam dalam proses produksi[3].

Al-qur’an dan hadis Rasulullah SAW. memberikan arahan mengenai prinsip-prinsip produksi sebagai berikut:

1. Tugas manusia di muka bumi sebagai khalifah allah adalah memakmurkan bumi dengan ilmu dan amalnya.

2. Islam selalu mendorong kemajuan di bidang produksi.

3. Teknik produksi diserahkan kepada keinginan dan kemampuan manusia.

4. Dalam berinovasi dan bereksperimen, pada prinsipnya agama Islam menyukai kemudahan, menghindari mudarat dan memaksimalkan manfaat.[4]

Kaidah-kaidah dalam berproduksi antara lain:

1. Memproduksi barang dan jasa yang halal pada setiap tahapan produksi.

2. Mencegah kerusakan di mukabumi, termasuk membatasi polusi, memelihara keserasian,dan ketersediaan sumber daya alam.

3. Produksi dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan individu dan masyarakat serta mencapai kemakmuran.

4. Produksi dalam Islam tidak dapat dipisahkan dari tujuan kemandirian umat.

5. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia baik kualitas spiritual maupun mental dan fisik.

B. Faktor-Faktor Produksi


Faktor produksi dapat dibedakan ke dalam empat golongan yaitu, tanah, tenaga kerja, modal dan keahlian. [5]

1. Modal


Modal menduduki tempat yang spesifik. Dalam masalah modal, ekonomi Islam memandang modal harus bebas dari bunga. Yang dimaksud dengan modal adalah barang-barang atau peralatan yang dapat digunakan untuk melakukan proses produksi. Modal menurut pengertian ekonomi adalah barang atau hasil produksi yang digunakan untuk menghasilkan produk lebih lanjut[6]. Misalnya, orang membuat jala untuk mencari ikan. Dalam halini jala merupakan barang modal, karena jala merupakan hasil produksi yang digunakan untuk menghasilkan produk lain (ikan).

Modal dapat digolongkan berdasarkan sumbernya, bentuknya, berdasarkan pemilikan, serta berdasarkan sifatnya.[7]

a. Berdasarkan sumbernya, modal dapat dibagi menjadi dua: modal sendiri dan modal asing. Modal sendiri, misalnya setoran dari pemilik perusahaan. Sementara modal asing, misalnya, modal yang berupa pinjaman bank.

b. Berdasarkan bentuknya, modal dibagi menjadi modal konkret dan modal abstrak. Contoh dari modal konkret yaitu mesin, gedung, mobil, dan peralatan. Sedangkan contoh dari modal abstrak adalah nama baik, dan hak merk.

c. Berdasarkan pemilikannya, modal dibagi menjadi modal individu dan modal masyarakat. Modal individu contohnya adalah rumah pribadi yang disewakan. Sedangkan modal masyarakat seperti rumah sakit umum milik pemerintah, jalan,jembatan.

d. Modal dibagi berdasarkan sifatnya, modal tetap dan modal lancar. Contoh dari modal tetap yaitu mesin dan bangunan pabrik. Sedangkan contoh dari modal lancar adalah bahan-bahan baku.


2. Tenaga Kerja


Tenaga kerja manusia adalah segala kegiatan manusia baik jasmani maupun rohani yang dicurahkan dalam proses produksi untuk menghasilkan barang dan jasa maupun faedah suatu barang.

Tenaga kerja manusia dapat diklasifikasikan menurut tingkatannya (kualitasnya) yang terbagi atas:

a. Tenaga kerja terdidik (skilled labour), adalah tenaga kerja yang memperoleh pendidikaaik formal maupun non formal, seperti guru, dokter dan pengacara.

b. Tenaga kerja terlatih (trained labour), adalah tenaga kerja yang memperoleh keahlian, berdasarkan latihan dan pengalaman. Misalnya, montir, tukang kayu, tukang ukir.

c. Tenaga kerja tak terdidik dan tak terlatih (unskilled and untrained labour), adalah tenaga kerja yang mengandalkan kekuatan jasmani daripada rohani, seperti, tukang sapu, pemulung, buruh tani.[8]


3. Tanah


Tanah adalah faktor produksi yang penting mencakup semua sumber daya alam yang digunakan dalam proses produksi. Ekonomi Islam mengakui tanah sebagai factor ekonomi untuk dimanfaatkan secara maksimal demi mencapai kesejahteraan ekonomi masyarakat dengan memperhatikan prinsip-prinsip ekonomi islam. Al-Qur’an dan sunnah dalam hal ini banyak menekankan pada pemerdayaan tanah secara baik. Dalam pemanfaatan sumber daya alam yang dapat habis, islam menekan agar generasi hari ini dapat menyeimbangkan pemanfaatannya untuk generasi yang akan datang.[9]


4. Kewirausahaan


Faktor kewirausahaan adalah keahlian atau keterampilan yang digunakan seseorang dalam mengkoordinir factor-faktor produk. Sumber daya pengusaha yang disebut juga kewirausahaan. Berperan mengatur dan mengkombinasikan factor-faktor produksi dalam rangka meningkatkan kegunaan barang atau jasa secara efektif dan efisien. Pengusaha berkaitan dengan managemen.

Sebagai pemicu proses produksi, pengusaha perlu memiliki kemampuan yang dapat diandalkan. Untuk mengatur dan mengkombinasikan factor-faktor produksi, pengusaha harus mempunyai kemampan merencanakan, mengorganisasikan, mengarahkan, dan mengendalikan usaha.

C. Biaya Produksi


Biaya merupakan suatu pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur dalam satuan uang untuk suatu tujuan tertentu. Biaya merupakan harga pokok atau bagiannya yang telah dimanfaatkan atau dikonsumsi untuk memperoleh pendapatan.

Biaya produksi merupakan semua pengeluaran yang dilakukan oleh perusahaan untuk memperoleh faktor-faktor produksi dan bahan-bahan yang akan digunakan untuk menciptakan barang-barang yang diproduksi perusahaan tersebut.[10]

Dalam arti sempit, dalam biaya terdapat empat unsure penting, yaitu: pengorbanan sumber ekonomi, diukur dalam satuan uang, telah terjadi atau kemungkinan akan terjadi, dan untuk mencapai tujuan tertentu.

Dalam arti luas, biaya produksi yang dikeluarkan oleh perusahaan dibedakan menjadi dua jenis, yaitu biaya tetap dan biaya yang selalu berubah. Keseluruhan biaya produksi dinamakan biaya total. Biaya total didapat dari penjumlahan biaya tetap dan biaya berubah.[11]

1. Biaya tetap (fixed cost).


Biaya tetap yaitu biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan dengan tidak memandang apakah perusahaan itu sedang menghasilkan barang atau tidak. Biaya tetap ini sangat penting bagi perusahaan karena akan mempengaruhi operasional perusahaan dalam hal penentuan tingkat pemaksimuman keuntungan.[12]

2. Biaya variable (Variable cost)


Biaya variable yaitu segala macam biaya yang dikeluarkan yang berhubungan dengan besar kecilnya unit produksi yang dihasilkan.

Secara teoritis, biaya variable dibagi menjadi tiga, yaitu:

a. Biaya variable yang bersifat progresif.

b. Biaya variable yang bersifat proporsional.

c. Biaya variable yang bersifat degresif.

Jadi, biaya total dapat dihitung menggunakan rumus TC= FC + VC. [13]

D. Pemaksimuman Keuntungan


Dalam menganalisis suatu usaha, harus memperhatikan yang namanya biaya produksi yang dikeluarkan dan hasil penjualan. Pemaksimuman keuntungan dapat dicari dengan dua cara, yaitu: membandingkan hasil penjualan total dengan biaya total dan menunjukkan hasil penjulan marginal = biaya marginal.

Keuntungan merupakan perbedaan antara hasil penjualan total yang diperoleh lebih besar dari biaya total. Keuntungan akan mencapai maksimum apabila perbedaan diantara keduanya adalah maksimal. Jadi, keuntungan = hasil penjualan – biaya total.[14]

Imam al-Ghazali tidak menolak kenyataan bahwa mencari keuntungan adalah motif utama dalam perdagangan. Namun, dalam hal ini ada sesuatu yang menarik dari imam al-Ghazali yaitu mengurangi jumlah keuntungan dengan menjual harga lebiih murah akan meningkatkan volume penjualan yang mana akan berdampak pada meningkatnya keuntungan.

E. Modal Organisasi


Modal adalah baik barang-barang berupa barang-barang konkret yang masih ada dalam rumah tangga perusahaan yang ada pada neraca sebelah debit maupun berupa daya beli atau nilai tukar dari abrang-barang itu yang tercatat disebelah kredit. Modal dapat digolongkan berdasarkan sumbernya, bentuknya, berdasarkan pemilikan, serta berdasarkan sifatnya.[15]

Berdasarkan sumbernya, modal dapat dibagi menjadi dua: modal sendiri dan modal asing. Modal sendiri, misalnya setoran dari pemilik perusahaan. Sementara modal asing, misalnya, modal yang berupa pinjaman bank.

Berdasarkan bentuknya, modal dibagi menjadi modal konkret dan modal abstrak. Contoh dari modal konkret yaitu mesin, gedung, mobil, dan peralatan. Sedangkan contoh dari modal abstrak adalah nama baik, dan hak merk.

Berdasarkan pemilikannya, modal dibagi menjadi modal individu dan modal masyarakat. Modal individu contohnya adalah rumah pribadi yang disewakan. Sedangkan modal masyarakat seperti rumah sakit umum milik pemerintah, jalan,jembatan.

Modal dibagi berdasarkan sifatnya, modal tetap dan modal lancar. Contoh dari modal tetap yaitu mesin dan bangunan pabrik. Sedangkan contoh dari modal lancar adalah bahan-bahan baku.



BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN

Produksi yaitu suatu usaha untuk menghasilkan dan menambah nilai guna dari suatu barang baik dari sisi fisik materialnya maupun dari sisi moralitasnya, sebagai sarana untuk mencapai tujuan hidup manusia sebagaimana digariskan dalam agama Islam, yaitu mencapai kesejahteraan dunia dan akhirat.

Prinsip produksi dalam Islam lebih menyukai kemudahan, menghindari mudarat dan memaksimalkan manfaat. Faktor produksi dapat dibedakan ke dalam empat golongan yaitu, tanah, tenaga kerja, modal dan keahlian.

Biaya produksi merupakan semua pengeluaran yang dilakukan oleh perusahaan untuk memperoleh faktor-faktor produksi dan bahan-bahan yang akan digunakan untuk menciptakan barang-barang yang diproduksi perusahaan tersebut.

Keuntungan adalah motif utama dalam perdagangan. Baik keuntungan di dunia maupun keuntungan di akhirat. Dalam memperkirakan keuntungan yang akan diperoleh, maka terlebih dahulu harus mempertimbangkan modal yang dimilikinya beserta besarnya biaya yang akan dan telah dikeluarkan.



DAFTAR PUSTAKA

Adiwarman A. Karim, Ekonomi Mikro Islami. 2007.

Aziz, Abdul, Ekonomi Islam (Analisis Mikro Dan Makro), Yogyakarta: Graha Ilmu, 2008.

Edwin Nasution, Mustafa, Dkk. Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2006.

Rozalinda, Ekonomi Islam (Teori Dan Aplikasinya Pada Aktivitas Ekonomi), Jakarta: Rajawali Pers, 2014.




[1] Adiwarman A. Karim, Ekonomi Mikro Islami. 2007. Hlm: 102
[2] Adiwarman A. Karim, Ibid., . Hlm 65.
[3] Adiwarman A. Karim, Ibid., hlm 66.
[4] Rozalinda, Ekonomi Islam (Teori Dan Aplikasinya Pada Aktivitas Ekonomi), (Jakarta: Rajawali Pers, 2014 ) hlm. 111
[5] Rozalinda, Ibid., hlm. 112.
[6] Edwin Nasution, Mustafa, Dkk. Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2006). Hlm. 70.
[7] Edwin Nasution, Ibid., hlm. 71.
[8] Aziz, Abdul, Ekonomi Islam (Analisis Mikro Dan Makro), (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2008). Hlm. 55.
[9] Aziz, Abdul, Ibid., Hlm. 56.
[10] Aziz, Abdul, Ibid., Hlm. 55.
[11] Aziz, Abdul, Ibid., Hlm. 56.
[12] Edwin Nasution, op.cit., hlm. 72.
[13] Edwin Nasution, Ibid., hlm. 72.
[14] Edwin Nasution, Ibid., hlm. 75.
[15] Edwin Nasution, Ibid., hlm. 71.


EmoticonEmoticon