Selasa, 01 November 2016

Mahabbah. Sudahkah kamu laksanakan ini ?

MAKALAH MAHABBAH


BAB I

PENDAHULUAN


A. Latar Belakang

Setiap manusia pasti selalu mempunyai keinginan untuk dekat dan dicintai oleh tuhannya yang dalam Islam dikenal dengan istilah mahabbah. Namun, tidak semua orang mampu untuk mahabbah, dikarenakan mahabbah bukanlah merupakan hal yang mudah.Mahabbah merupakan rasa cinta yang mendalam terhadap Tuhannya, dengan tujuan untuk mencintai dan dicintai oleh Tuhan. Orang yang telah mendapat rasa mahabbah ini maka dia akan mendapat rasa ketenangan. Ada beberapa cara yang harus dilakukan untuk mencapai mahabah.

Kita selaku umat muslim sekiranya harus mampu mencapai mahabbah demi mendapat kehidupan yang tenang dan damai. Oleh karena itu, maka kamipun menulis makalah ini sebagai salah satu alat untuk penjelasan tentang mahabbah.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian mahabbah ?
2. Apa dasar ajaran mahabbah ?
3. Apa tujuan dan kedudukan mahabbah ?
4. Apa alat untuk mencapai mahabbah ?
5. Apa Hikmah mahabbah ?


BAB II

PEMBAHASAN


A. Pengertian Mahabbah


Mahabbah berasal dari kata ahabba, yuhibbu, mahabbatan, yang secara harfiah berarti mencintai secara mendalam. Dalam mu’jam al-falsafi, Jamil Shaliba mengatakan mahabbah adalah lawan dari al-baghd, yakni cinta lawan dari benci.

Mahabbah adalah suatu keadaan jiwa yang mencintai Tuhan sepenuh hati sehingga sifat-sifat yang dicintai (Tuhan) masuk kedalam diri yang mencintai.

Al mahabbah dapat pula berarti Al Waduud yakni yang sangat kasih atau penyayang. Dalam kajian tasawuf, mahabbah berarti mencintai Allah dan mengandung arti patuh kepada-Nya dan membenci sikap yang melawan kepada-Nya, mengosongkan hati dari segala-galanya kecuali Allah SWT serta menyerahkan seluruh diri kepada-Nya (Mustafa,1999:110)

Imam al Qusyairi, pengarang Risâlah al Qusyairiyyah mendefinisikan cinta (mahabbah) Allah kepada hamba sebagai kehendak untuk memberikan nikmat khusus kepada siapa saja yang Ia kehendaki. Apabila kehendak tersebut tidak diperuntukkan khusus melainkan umum untuk semua hambaNya. menurut Qusyairi dinamakan Rahmat. kemudian jika irâdah yang tersebut berkaitan dengan adzab disebut dengan murka Allah (ghadlab) (Sholihin,2005:95).



B. Dasar Ajaran Mahabbah


Ajaran mahabbah memiliki dasar dan landasan, baik di dalam Alquran maupun Sunah Nabi SAW.

1. Dalil-dalil dalam al-Qur’an, misalnya sebagai berikut:

1) QS. Al-Baqarah ayat 165

“Dan di antara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman, sangat besar cinta mereka kepada Allah. Dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa Allah amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal).”

2) QS. Ali Imran ayat 31

“ Katakanlah: Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mencintai dan mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”



2. Dalil-dalil dalam hadis Nabi Muhammad SAW, misalnya sebagai berikut:

a. “Tiga hal yang barang siapa mampu melakukannya, maka ia akan merasakan manisnya iman, yaitu: pertama Allah dan Rasul-Nya lebih ia cintai daripada selain keduanya; kedua: tidak mencintai seseorang kecuali hanya karena Allah; ketiga benci kembali kepada kekafiran sebagaimana ia benci dilemparkan ke neraka.”





b. “Tidak beriman seseorang dari kalian sehingga aku lebih dicintainya daripada anaknya, orang tuanya, dan seluruh manusia.”



(http://racheedus.wordpress.com/makalahku/konsep-cinta-mahabbah-dalam-tasawuf/-13-Mei-2016.jam:11.30.).



3. Dasar Filosofis

Dalam mengelaborasi dasar-dasar filosofis ajaran tentang cinta (mahabbah) ini, al-Ghazali merupakan ulama tasawuf yang pernah melakukannya dengan cukup bagus. Menurut beliau, ada tiga hal yang mendasari tumbuhnya cinta dan bagaimana kualitasnya, yaitu sebagai berikut:

a. Cinta tidak akan terjadi tanpa proses pengenalan (ma’rifat) dan pengetahuan (idrak)

b. Cinta terwujud sesuai dengan tingkat pengenalan dan pengetahuan

c. Manusia tentu mencintai dirinya

(http://ngajiislam.blogspot.com/2010/07/cinta-menurut-kajian-tasawuf.html-13-Mei-2016.jam:15.04.).


C. Kedudukan dan Tujuan Mahabbah


Tujuan mahabbah adalah untuk memperoleh kesenangan batiniah yang sulit dilukiskan dengan kata-kata, tetapi hanya dirasakan oleh jiwa.

Mahabbah adalah satu istilah yang hampir selalu berdampingan dengan ma’rifah, baik dalam kedudukan maupun pengertiannya. Ma’rifah adalah merupakan tingkat pengetahuan kepada Tuhan melalui mata hati (alQalb), maka mahabbah adalah perasaan kedekatan dengan Tuhan melalui cinta(roh). Dengan demikian kedudukan mahabbah lebih tinggi dari ma’rifah (Simuh,1996:88).

D. Alat Untuk Mencapai Mahabbah


Harun Nasution mengatakan bahwa dalam diri manusia ada tiga alat yang dapat dipergunakan untuk berhubungan dengan Tuhan. Pertama, al-qalb( القلب ) hati sanubari, sebagai alat untuk mengetahui sifat-sifat Tuhan. Kedua, roh ( الروح ) sebagai alat untuk mencintai Tuhan. Ketiga sir (سر ), yaitu alat untuk melihat Tuhan. Sir lebih halus dari pada roh, dan roh lebih halus dari qalb. Kelihatannya sir bertempat di roh, dan roh bertempat di qalb, dan sir timbul dan dapat menerima iluminasi dari Allah, kalau qalb dan roh telah suci sesuci-sucinya dan kosong-sekosongnya, tidak berisi apa pun (Mustafa,1999:55)

E. Hikmah dari Mahabbah

Untuk pengasihan, daya tarik, penakluk segala hati orang, dan kewibawaan atau kharismatik dan mendapat jodoh serta menghindari pasangan dari perselingkuhan.
Mempunyai energi secara halus untuk menaklukkan siapapun dengan energi pengasih (daya tarik) serta ia menjadi orang yang berwibawa dan dihormati banyak orang.
Amalan Hikmah Mahabbah sebagai ikhtiar batin untuk menjaga cinta kasih Anda.
Mendapatkan berkah yang menjaga, memelihara cinta serta persahabatan Anda dengan orang yang Anda sayangi atau cintai.
Keluarga menjadi rukun harmonis, tentram dan mengharmoniskan hubungan sosial dengan orang lain. Dan menjadi keluarga sakinah mawadah waramah (Simuh,1996:44-46).

F. Tokoh yang mengembangkan mahabbah


Hampir seluruh literatur bidang tasawuf menyebutkan bahwa tokoh yang memperkenalkan ajaran mahabbah adalah robi’ah al-adawiyah.Robi’ah al-adawiyah adalah seorang jahid perempuan yang amat besar dari Basyrah, di Iraq. Ia hidup antara tahun 713-801 H, ia meninggal dunia dalam tahun 185 H / 796 M. Menurut riwayat ia adalah seorang hamba yang kemudian dibebaskan dalam hidup selanjutnya ia banyak beribadat, bertaubat dan menjauhi hidup. Ia hidup dalam kesederhanaan dan menolak segala bantuan material yang diberikan orang kepadanya, ia tidak mau meminta hal-hal yang bersifat materi dari tuhan ia betul-betul hidup dalam keadaan juhud dan hanya ingin berada dekat dengan tuhan (Solihin,2005:30-32).

BAB III

PENUTUP


A. Kesimpulan


Mahabbah adalah suatu keadaan jiwa yang mencintai Tuhan sepenuh hati sehingga sifat-sifat yang dicintai (Tuhan) masuk kedalam diri yang mencintai yang bertujuan untuk memperoleh kesenangan batiniah yang sulit dilukiskan dengan kata-kata, tetapi hanya dirasakan oleh jiwa.Selain itu juga mahabbah merupakan hal keadaan mental seperti senang, perasaan sedih, perasaan takut dan sebagainya. Mahabbah berlainan dengan maqam, hal bersifat sementara, datang dan pergi bagi para sufi dalam perjalanan mendekatkan diri pada Allah swt.

B. Saran dan Kritik


Saya tahu bahwa makalah ini sangat kurang lengkap dan jauh dari kata sempurna oleh karena itu kami sangat membutuhkan bantuan untuk menjadikan makalah ini menjadi lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA


Mustafa.1999.Akhlak Tasawuf .Bandung:Pustaka Setia.
Sholihin.2005.Akhlak Tasawuf.Bandung:Nuansa.
Simuh.1996.Tasawuf Dan Perkembangannya Dalam Islam.Jakarta:RajaGrafindo Persada.
http://racheedus.wordpress.com/makalahku/konsep-cinta-mahabbah-dalam-tasawuf/-13-Mei-2016.jam:11.30.
http://ngajiislam.blogspot.com/2010/07/cinta-menurut-kajian-tasawuf.html-13-Mei-2016.jam:15.04.


EmoticonEmoticon